Pages

Minggu, 02 Februari 2014

Laabaikalloh hummalabaik --> Panggilan Hati ?




So, I’m back with my new post.. sebenernya sudah lama mau nulis topic ini, cuma pasang surut, tapi ada beberapa kejadian yang membuatku akhirnya menulis tentang ini.. Pergi Haji adalah rukun ke 5 dalam islam setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa..

sumber : google.com
 
Di tempat aku bekerja, di sebuah bank, salah satu job aku adalah menjual produk tabungan, dan aku paling senang menjual produk haji, karena aku bisa melihat berbagai tipe orang yang ingin pergi haji. Nah pernah suatu ketika saat aku ingin minta tanda tangan dari salah satu supervisor untuk menandatangani dokumen cetak porsi haji nasabah, terus dia berkata “naik haji ini jangan macem2 lho, ini soal panggilan hati”.. aku sepakat dengan itu, naik haji itu soal “panggilan hati”..


Nash seiring berjalannya waktu, aku sudah banyak membantu untuk mencetak porsi pergi haji untuk nasabah ataupun membukakan rekening haji untuk nasabah.. akhirnya kata-kata tentang “panggilan hati” itu terus berputar di kepalaku dan sibuk mencari definisinya..

Oke bagi yang mungkin belum tau mengenai cetak porsi haji, aku akan menjelaskannya secara singkat..



                Back to the topic, aku akan menceritakan sedikit mengenai tipe-tipe orang-orang yang menjadi inspirasi kenapa aku menulis artikel ini :

  Komitmen Untuk Menabung
 
Aku belajar komitmen dan kegigihan untuk menabung untuk tabungan haji secara continue dari seorang penyapu jalanan, hampir setiap bulan, kami tahu bahwa ibu itu akan menabung untuk tabungan hajinya, kenapa bisa tau? Karena ibu itu selalu minta bantuan untuk menuliskan slip setoran miliknya, ibu itu tidak bisa menulis, kalau datang ke bank, biasanya masih dengan berseragam dinas kebersihan kota atau seragam penyapu jalanan dengan bau terik matahari yang tidak asing, tapi bagiku, bau itu dengan seragamnya, dan juga kerutan diwajahnya yang sudah berumur, mampu menggetarkan hatiku dan tiap kali aku membantu ibu itu menulis slip setoran, aku terharu dan mataku berkaca-kaca. Ibu ini saja yang hanya seorang penyapu jalanan dengan gaji yang bisa jadi pas-pasan saja, punya komitmen untuk menabung untuk dirinya dan suaminya, dengan nominal yang sama sebesar Rp 500rb..
Sedangkan aku? Apa yang membuatku sampai kalah termotivasi dengan ibu itu untuk menabung dengan gigih dan komitmen setiap bulannya? Jawabannya tidak ada 1001 alasan untuk tidak termotivasi. Dari beliau aku belajar kegigihan untuk menjemput dan menjaga “paggilan hati” ke Baitulloh.. semoga Alloh memudahkan ikhtiar beliau dan suaminya untuk pergi haji secepatnya.. amiiin
sumber : google.com

       Kerinduan Akan Kembali lagi

Disini aku pernah menjumpai 2 pasang nasabah yang sebenarnya sudah pernah naik haji dan rindu untuk kembali.. hanya saja mereka mengambil dua jalan yang berbeda..
Yang pertama, sepasang suami istri ini ingin pergi haji, sudah lama cetak porsi dan harusnya bisa pergi di tahun 2014 ini tapi aturan dari depag yang memprioritaskan jama’ah yang belum naik haji dan sudah sepuh alias tua, dikarenakan sekarang masih ada pengurangan jumlah kuota haji di tiap negara yang disebabkan adanya renovasi Baitulloh. Akhirnya nasabah ini meski awalnya protes (ini manusiawi aku rasa), tapi selebihnya pasrah akan ketentuan yang Alloh buat.

Yang ke dua, pasangan suami istri ini cetak porsi haji dengan ku, aku kemudian ngobrol dengan mereka apa mereka sudah pernah umroh, lalu mereka menjawab sudah, kemudian ku tanyakan lagi cetak porsi haji ini berarti untuk keberangkatan pertama bagi mereka, mereka lalu menjawab dengan agak malu-malu “ sebenarnya kami sudah pernah pergi haji mbak, cuma kami tidak bilang saat mengururs SPPH (Surat Pendaftaran Pergi Haji) ke Depag kalau sudah pernah naik haji, kami rindu ingin kembali ke Baitulloh, kan klo Depag tau kita sudah berangkat, bakal ga dibolehkan tuh mbak, makanya kami bilang aja belum”.. (For Your Info : di surat SPPH itu selain berisi mengenai identitas, juga berisi mengenai ciri-ciri, dan keterangan sudah atau belum nya naik haji)..

Dan aku aku sempat melongo menghadap kertas yang lagi ku proses, lalu dengan otomatis wajah-wajah nasabah yang pernah ku bantu proses cetak porsi hajinya terlintas begitu saja, terutama mereka yang sudah sepuh, atau tua sekali bahkan tak heran dari mereka selalu berkata padaku, “dengan usia seperti ini semoga Alloh memberikan saya kesempatan untuk pergi haji, saat itu cetak porsi di tahun 2013 akan diberangkatkan 19 tahun lagi (prediksi dari Depag).. aku sedih saja melihat mereka yang juga rindu untuk menginjakkan kaki pertama kali di Baitulloh, mungkin itu sudah sunatulloh tiap orang yang pernah naik haji, menginginkan kembali lagi. Hanya saja jika mungkin diproses dengan lebih jujur bukankah akan memberikan ketenangan hati dan juga proses yang mungkin lebih barakah. Mungkin hanya Alloh yang berhak menilai, aku sebagai manusia biasa ndak berhak sama sekali, sekali lagi itu hak tiap orang untuk naik haji berapa kali, selagi mereka mampu secara financial dan jasmaninya untuk naik haji, tapi do’a ku teruntuk mereka yang belum pernah dan sepuh alias tua, semoga diberikan kemudahan untuk segera datang ke Baitulloh.. amiiin.. untuk kasus yang kedua ini “panggilan hati” untuk pasca haji pertama membuktikan bahwa Baitulloh itu memang ngangenin..
sumber : google.com



J      Just Ask, Not Yet To Closing

Yup, ga sedikit nasabah yang bertanya tentang tabungan haji, bahkan ada beberapa yang rapat alias diskusi kecil dengan pasangannya mau haji dulu atau umroh dulu, diskusi itu didepanku, yang akhirnya aku bingung karena berasa jadi orang ketiga yang ndak ngerti harus ngapain, karena aku tau porsiku hanya memberikan info, dan ndak berhak ikut diskusi itu.. intinya serba salah.. wkwkwkwk.. tapi diskusi nasabah yang terakhir itu membuatku tak tahan lagi, karena salah satu dari mereka menyebutkan mengenai “ panggilan hati” dan aku ndak tahan untuk tidak nyeplos, karena menurutku diskusi mereka sudah agak lama, dan aku bingung juga dengernya, aku nyeplos “ mungkin ya pak atau ibu, dengan membuka tabungan haji itu adalah salah satu “panggilan hati”..”…. uuuuups. Maafkan, lalu mereka sepakat, dan akan melanjutkan diskusi mereka dirumah, dan aku membekali mereka formulir pembukaan rekekening untuk mereka, sapa tau dengan formulir itu akhirnya mereka akan buka rekening haji.. amiiiiin… karena niat baik itu harus di segerakan, dan aku meyakiniya, yang penting punya tabungan haji terlebih dahulu, terus mau ga mau inget kalau punya tabungan haji, akhirnya nabung, terus bisa cetak porsi, urusan keberangkatan dengan masa tunggu yang lama itu biar Alloh yang mensekenariokan, karena Alloh sebaik-baiknya Pembuat Sekenario Hidup…

        Menjaga Panggilan Hati

Kasus ini juga membuatku terharu kenapa, karena suatu ketika ada nasabah datang sambil menahan tangis, bahwa ia ingin menutup tabungan hajinya. Dikarenakan suaminya baru meninggal, dan dia butuh uang untuk biaya hidup, hanya saja ada sisi ketidak relaannya untuk menutupnya, karena mengingat perjuangan untuk menabung bertngkat haji. Kemudian dia minta waktu untuk menghubungi saudaranya untuk menanyakan baiknya bagaimana, dan saya juga bingung saat itu harus seperti apa, karena keputusan final ada di nasabah. Nasabah itu gagal untuk menghubungi saudaranya, dan beliau kembali bingung dengan wajah menahan tangis.. akhirnya karena aku juga ga kuasa melihat keharuan di depanku ini, aku tanpa ragu mengusulkan, “ibu gimana kalau sholat istikharah dulu, baru setelahnya keputusan apapun yang ibu buat, kami akan bantu, entah itu mau ditutup tabungannya, atau dilanjutkan”.. kemudian ibu itu mengiyakan usulanku, dan segera meminta maaf serta berterimakasih atas perjumpaan kala itu.. 

Dari kasus ini aku belajar, bahwa menjaga niat baik apapun itu pasti penuh dengan ujian, begitu juga menjaga “paggilan hati” ke Baitulloh.. Do’aku untuk ibu itu, semoga Alloh dengan ringan memudahkan ikhtiar ibu itu naik haji, seorang ibu yang single fighter berjuang untuk keluarganya dan untuk pergi haji.. amiiin
         
sumber : google.com
      
Begitulah orang-orang yang telah memberikan aku banyak inspirasi dan motivasi untuk mendefinisikan “paggilan hati” pergi ke Baitulloh, kalau aku sendiri sebenarnya sejak lama sudah dimotivasi oleh salah satu sahabatku, (I call her Siput), sejak kuliah dulu dia sudah sangat ingin pergi haji, sejak nonton film “Emak Ingin Naik Haji”, kemudian dia berkomitmen untuk menabung sekitar Rp 100rb per bulan, namun saat itu aku belum ingin mungkin belum ada “panggilan hati“, karena saat itu aku ndak tau berapa biayaya nya naik haji, yang ku tahu cuma mahal dan masa tunggu lima tahun, yang ternyata di zaman sekarang sudah beda.. wkwkwk masa tunggu 20 tahun..

Sampai saat musim haji tahun 2013, aku menonton wartawan yang melaporkan langsung dari Baitulloh, entah lah tiba-tiba rindu ingin ke Baitulloh.. sejak itu aku langsung membuka rekening haji dan berkomitmen menjaga “paggilan hati” itu dengan gigih menabung, semoga Alloh memudahkan ikhtiar baik siapapun yang ingin berangkat haji karena hatinya yang rindu akan Baitulloh..

Ini kisahku yang rindu pergi haji dan mendefinisikan “panggilan hati” ke Baitulloh, bagaimana dengan definisi “paggilan hati” ke Baitulloh mu?

Terimakasih sudah mau membaca artikel ini, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dalam tulisan ini..

sumber : google.com



0 komentar:

Posting Komentar