So, I’m back with my new post..
sebenernya sudah lama mau nulis topic ini, cuma pasang surut, tapi ada beberapa
kejadian yang membuatku akhirnya menulis tentang ini.. Pergi Haji adalah rukun
ke 5 dalam islam setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa..
sumber : google.com |
Di tempat aku bekerja, di sebuah
bank, salah satu job aku adalah menjual produk tabungan, dan aku paling senang menjual
produk haji, karena aku bisa melihat berbagai tipe orang yang ingin pergi haji.
Nah pernah suatu ketika saat aku ingin minta tanda tangan dari salah satu
supervisor untuk menandatangani dokumen cetak porsi haji nasabah, terus dia
berkata “naik haji ini jangan macem2 lho, ini soal panggilan hati”.. aku
sepakat dengan itu, naik haji itu soal “panggilan hati”..
Nash seiring berjalannya waktu, aku
sudah banyak membantu untuk mencetak porsi pergi haji untuk nasabah ataupun
membukakan rekening haji untuk nasabah.. akhirnya kata-kata tentang “panggilan
hati” itu terus berputar di kepalaku dan sibuk mencari definisinya..
Oke bagi yang mungkin belum tau
mengenai cetak porsi haji, aku akan menjelaskannya secara singkat..
Back
to the topic, aku akan menceritakan sedikit mengenai tipe-tipe orang-orang yang
menjadi inspirasi kenapa aku menulis artikel ini :
Aku belajar
komitmen dan kegigihan untuk menabung untuk tabungan haji secara continue dari
seorang penyapu jalanan, hampir setiap bulan, kami tahu bahwa ibu itu akan
menabung untuk tabungan hajinya, kenapa bisa tau? Karena ibu itu selalu minta
bantuan untuk menuliskan slip setoran miliknya, ibu itu tidak bisa menulis,
kalau datang ke bank, biasanya masih dengan berseragam dinas kebersihan kota
atau seragam penyapu jalanan dengan bau terik matahari yang tidak asing, tapi
bagiku, bau itu dengan seragamnya, dan juga kerutan diwajahnya yang sudah
berumur, mampu menggetarkan hatiku dan tiap kali aku membantu ibu itu menulis
slip setoran, aku terharu dan mataku berkaca-kaca. Ibu ini saja yang hanya
seorang penyapu jalanan dengan gaji yang bisa jadi pas-pasan saja, punya
komitmen untuk menabung untuk dirinya dan suaminya, dengan nominal yang sama
sebesar Rp 500rb..
Sedangkan aku? Apa
yang membuatku sampai kalah termotivasi dengan ibu itu untuk menabung dengan
gigih dan komitmen setiap bulannya? Jawabannya tidak ada 1001 alasan untuk
tidak termotivasi. Dari beliau aku belajar kegigihan untuk menjemput dan
menjaga “paggilan hati” ke Baitulloh.. semoga Alloh memudahkan ikhtiar beliau
dan suaminya untuk pergi haji secepatnya.. amiiin
sumber : google.com |
Kerinduan Akan Kembali lagi
Disini aku pernah
menjumpai 2 pasang nasabah yang sebenarnya sudah pernah naik haji dan rindu
untuk kembali.. hanya saja mereka mengambil dua jalan yang berbeda..
Yang pertama, sepasang suami istri ini
ingin pergi haji, sudah lama cetak porsi dan harusnya bisa pergi di tahun 2014
ini tapi aturan dari depag yang memprioritaskan jama’ah yang belum naik haji
dan sudah sepuh alias tua, dikarenakan sekarang masih ada pengurangan jumlah
kuota haji di tiap negara yang disebabkan adanya renovasi Baitulloh. Akhirnya nasabah
ini meski awalnya protes (ini manusiawi aku rasa), tapi selebihnya pasrah akan
ketentuan yang Alloh buat.
Yang ke dua,
pasangan suami istri ini cetak porsi haji dengan ku, aku kemudian ngobrol
dengan mereka apa mereka sudah pernah umroh, lalu mereka menjawab sudah,
kemudian ku tanyakan lagi cetak porsi haji ini berarti untuk keberangkatan
pertama bagi mereka, mereka lalu menjawab dengan agak malu-malu “ sebenarnya
kami sudah pernah pergi haji mbak, cuma kami tidak bilang saat mengururs SPPH
(Surat Pendaftaran Pergi Haji) ke Depag kalau sudah pernah naik haji, kami
rindu ingin kembali ke Baitulloh, kan klo Depag tau kita sudah berangkat, bakal
ga dibolehkan tuh mbak, makanya kami bilang aja belum”.. (For Your Info : di
surat SPPH itu selain berisi mengenai identitas, juga berisi mengenai ciri-ciri,
dan keterangan sudah atau belum nya naik haji)..
Dan aku aku sempat
melongo menghadap kertas yang lagi ku proses, lalu dengan otomatis wajah-wajah
nasabah yang pernah ku bantu proses cetak porsi hajinya terlintas begitu saja,
terutama mereka yang sudah sepuh, atau tua sekali bahkan tak heran dari mereka
selalu berkata padaku, “dengan usia seperti ini semoga Alloh memberikan saya
kesempatan untuk pergi haji, saat itu cetak porsi di tahun 2013 akan
diberangkatkan 19 tahun lagi (prediksi dari Depag).. aku sedih saja melihat
mereka yang juga rindu untuk menginjakkan kaki pertama kali di Baitulloh,
mungkin itu sudah sunatulloh tiap orang yang pernah naik haji, menginginkan
kembali lagi. Hanya saja jika mungkin diproses dengan lebih jujur bukankah akan
memberikan ketenangan hati dan juga proses yang mungkin lebih barakah. Mungkin
hanya Alloh yang berhak menilai, aku sebagai manusia biasa ndak berhak sama
sekali, sekali lagi itu hak tiap orang untuk naik haji berapa kali, selagi
mereka mampu secara financial dan jasmaninya untuk naik haji, tapi do’a ku
teruntuk mereka yang belum pernah dan sepuh alias tua, semoga diberikan
kemudahan untuk segera datang ke Baitulloh.. amiiin.. untuk kasus yang kedua
ini “panggilan hati” untuk pasca haji pertama membuktikan bahwa Baitulloh itu
memang ngangenin..
sumber : google.com |
J Just Ask, Not Yet To Closing
Yup, ga sedikit
nasabah yang bertanya tentang tabungan haji, bahkan ada beberapa yang rapat
alias diskusi kecil dengan pasangannya mau haji dulu atau umroh dulu, diskusi
itu didepanku, yang akhirnya aku bingung karena berasa jadi orang ketiga yang
ndak ngerti harus ngapain, karena aku tau porsiku hanya memberikan info, dan
ndak berhak ikut diskusi itu.. intinya serba salah.. wkwkwkwk.. tapi diskusi
nasabah yang terakhir itu membuatku tak tahan lagi, karena salah satu dari
mereka menyebutkan mengenai “ panggilan hati” dan aku ndak tahan untuk tidak
nyeplos, karena menurutku diskusi mereka sudah agak lama, dan aku bingung juga
dengernya, aku nyeplos “ mungkin ya pak atau ibu, dengan membuka tabungan haji
itu adalah salah satu “panggilan hati”..”…. uuuuups. Maafkan, lalu mereka
sepakat, dan akan melanjutkan diskusi mereka dirumah, dan aku membekali mereka
formulir pembukaan rekekening untuk mereka, sapa tau dengan formulir itu
akhirnya mereka akan buka rekening haji.. amiiiiin… karena niat baik itu harus di
segerakan, dan aku meyakiniya, yang penting punya tabungan haji terlebih dahulu,
terus mau ga mau inget kalau punya tabungan haji, akhirnya nabung, terus bisa
cetak porsi, urusan keberangkatan dengan masa tunggu yang lama itu biar Alloh
yang mensekenariokan, karena Alloh sebaik-baiknya Pembuat Sekenario Hidup…
Menjaga Panggilan Hati
Kasus ini juga
membuatku terharu kenapa, karena suatu ketika ada nasabah datang sambil menahan
tangis, bahwa ia ingin menutup tabungan hajinya. Dikarenakan suaminya baru
meninggal, dan dia butuh uang untuk biaya hidup, hanya saja ada sisi ketidak
relaannya untuk menutupnya, karena mengingat perjuangan untuk menabung bertngkat
haji. Kemudian dia minta waktu untuk menghubungi saudaranya untuk menanyakan
baiknya bagaimana, dan saya juga bingung saat itu harus seperti apa, karena
keputusan final ada di nasabah. Nasabah itu gagal untuk menghubungi saudaranya,
dan beliau kembali bingung dengan wajah menahan tangis.. akhirnya karena aku
juga ga kuasa melihat keharuan di depanku ini, aku tanpa ragu mengusulkan, “ibu
gimana kalau sholat istikharah dulu, baru setelahnya keputusan apapun yang ibu
buat, kami akan bantu, entah itu mau ditutup tabungannya, atau dilanjutkan”..
kemudian ibu itu mengiyakan usulanku, dan segera meminta maaf serta
berterimakasih atas perjumpaan kala itu..
Dari kasus ini aku
belajar, bahwa menjaga niat baik apapun itu pasti penuh dengan ujian, begitu
juga menjaga “paggilan hati” ke Baitulloh.. Do’aku untuk ibu itu, semoga Alloh
dengan ringan memudahkan ikhtiar ibu itu naik haji, seorang ibu yang single
fighter berjuang untuk keluarganya dan untuk pergi haji.. amiiin
sumber : google.com |
Begitulah orang-orang yang telah
memberikan aku banyak inspirasi dan motivasi untuk mendefinisikan “paggilan
hati” pergi ke Baitulloh, kalau aku sendiri sebenarnya sejak lama sudah
dimotivasi oleh salah satu sahabatku, (I call her Siput), sejak kuliah dulu dia
sudah sangat ingin pergi haji, sejak nonton film “Emak Ingin Naik Haji”,
kemudian dia berkomitmen untuk menabung sekitar Rp 100rb per bulan, namun saat
itu aku belum ingin mungkin belum ada “panggilan hati“, karena saat itu aku
ndak tau berapa biayaya nya naik haji, yang ku tahu cuma mahal dan masa tunggu
lima tahun, yang ternyata di zaman sekarang sudah beda.. wkwkwk masa tunggu 20
tahun..
Sampai saat musim haji tahun 2013,
aku menonton wartawan yang melaporkan langsung dari Baitulloh, entah lah
tiba-tiba rindu ingin ke Baitulloh.. sejak itu aku langsung membuka rekening
haji dan berkomitmen menjaga “paggilan hati” itu dengan gigih menabung, semoga
Alloh memudahkan ikhtiar baik siapapun yang ingin berangkat haji karena hatinya
yang rindu akan Baitulloh..
Ini kisahku yang rindu pergi haji
dan mendefinisikan “panggilan hati” ke Baitulloh, bagaimana dengan definisi “paggilan
hati” ke Baitulloh mu?
Terimakasih sudah mau membaca
artikel ini, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dalam tulisan ini..
sumber : google.com |
0 komentar:
Posting Komentar