Pages

Rabu, 19 Desember 2012

Episode : Tertolong




                Bayangan itu mulai melenggang malas-malasan karena menikmati perjalanan perburuannya, setelah berhasil mencari nafkah. Sambil sesekali bergidik, meregangkan otot menuju huniannya. Beberapa jarak sebelum masuk wilayah rumahnya, kakinya terhenti melihat penghuni berjubah dengan retakan yang nyaris menimpa seluruh jubahnya.

                Bayangan itu penasaran, apa mungkin itu bagian dari nafkahnya, dengan ide cepat ia bawa pulang penghuni berjubah sebagai… entah mau dijadikan bonus nafkah teruntuk Belahan Jiwanya, atau mau dijadikan sesuatu yang belum dia putuskan saat itu. Karena pemandangan itu begitu jarang ditemukan saat ia mencari nafkah, maka ia membawa pulang penghuni berjubah, biar nanti ia rundingkan dengan Belahan Jiwanya.

                Sesampainya di rumah, dengan sangat berhati-hati bayangan itu meletakkan penghuni berjubah di atas bantal yang empuk seempuk bulu angsa terbaik didunia karena melihat jubahnya yang retak cukup parah. Belahan Jiwa menyambut dengan gembira Sang Bayangan dengan bawaan nafkahnya hari itu, dan setelah menyimpan nafkah yang dibawa, Belahan Jiwa penasaran melihat Sang Bayangan begitu tenang hari itu dan di jumpai dengan aneh hanya duduk terdiam memandang penghuni berjubah diatas bantal yang kedatangannya tadi tidak disadarinya.

                Belahan Jiwa bertanya pada Sang Bayangan bagaimana ia bisa menemukan penghuni berjubah. Lalu sang banyangan menceritakan adegan pertemuannya dengan penghuni berjubah sampai bisa dia bawa pulang. Percakapan di depan penghuni berjubah pun mulai mengalir.
Sang Bayangan                    : “ honey, mau kita apakan penghuni berjubah ini? Dia terluka.”
Belahan Jiwa                         : “darling, aku tidak percaya kalau kau sampai bisa berpikiran membawanya pulang.”
Sang Bayangan                    : “pada awalnya ini mau ku hadiahkan padamu sebagai bonus nafkahku hari ini, tapi kemudian aku ragu, dan ada banyak ide lainnya, seperti menjadikannya pajangan, atau hanya sekedar cerita. Entahlah aku tidak tahu juga, akhirnya kubawa pulang, supaya bisa diputuskan bersama.”
Panjang lebar Sang Bayangan bercerita, tanpa melihat Belahan Jiwa.

Belahan Jiwa                         : “kalau begitu jadikan pajangan saja, karena sepertinya jubahnya artistik.”
PRAAAAAAk PRAAAAAK

Sang Bayangan                      : “honey, lihat!”

Dengan nada tercekat dan tubuh membeku mereka melihat sang penghuni berjubah menghancurkan jubahnya dengan reflek dan alami.
Belahan Jiwa                         : “darling, ternyata dia menetas”

Mereka tercengang melihat proses penghuni berjubah menetas,dan melihat penghuni yang innocent, dengan sosok yang cantik dan bulu yang biru cerah berkilau.
Penghuni Berjubah              : sambil mengucek-ngucek matanya yang kabur dan badan menggigil “ ayah? Bunda?”

Sang Bayangan dan Belahan Jiwa saling menatap, bagaimana mungkin penghuni berjubah memanggil mereka ayah dan bunda, padahal mereka berbeda. Tapi karena sosok itu begitu indah, mereka tidak ingin menyakiti, dan rasa sayangpun hadir di hati mereka.

Sang Bayangan                    : “ aku King Lion, mungil, kamu bisa memanggilku KiLo”
Belahan Jiwa                         : dengan mata berbinar “ lembut, aku Leonita”

                 Mereka berdua memandang lembut sang penghuni berjubah seraya mengelus-ngelus sayang pada penghuni berjubah yang perlahan mulai kabur pandangannya dengan senyum tipisnya yangmenghilang dan kemudian terlelap karena petualangannya yang panjang hari itu.

                Sang Bayangan dan Belahan Jiwa mengadakan rapat mengenai penghuni berjubah, mau diapakan dan bagaimana. Setelah berdiskusi cukup lama di ruang terpisah agar tidak mengganggu lelapnya sang penghuni berjubah, mereka memutuskan untuk mengadopsinya, meski mereka berbeda, tapi mereka telah lama mendambakan buah hati, karena itulah mereka memutuskan untuk mengadopsi.

KiLo                        : “kita harus menamainya dengan nama yang cantik, secantik sosoknya.”
Leonita                   : “iya benar sekali darling, nama yang manis”, matanya kemudian terbelalak, dengan jantung berdegup kencang, ia ingin sekali memberikan idenya pada suaminya. “darling, bagaimana kalau ia dinamai Rubi? Nama batu indah yang banyak diidam-idamkan orang. Pas sekali dengan warna bulunya yang indah”
KiLo                        : “brilliant sekali idemu honey, baiklah idak mengapa, tapi nama belakangnya harus nama dari jenisnya, agar dia tidak melupakan leluhurnya, nama belakangnya ditambah, Birdie.”
Leonita                   : “baiklah itu juga manis, mulai sekarang dia adalah keluarga kita.”

                  Keduanya sambil menatap pintu ruangan penghuni berjubah yang lelap tertidur, kemudian menamakan penghuni berjubah si burung dengan sosok cantik dan indah dengan nama Rubi Birdie.

So, the stories will be start now.


0 komentar:

Posting Komentar