Bayangan itu mulai melenggang
malas-malasan karena menikmati perjalanan perburuannya, setelah berhasil
mencari nafkah. Sambil sesekali bergidik, meregangkan otot menuju huniannya.
Beberapa jarak sebelum masuk wilayah rumahnya, kakinya terhenti melihat
penghuni berjubah dengan retakan yang nyaris menimpa seluruh jubahnya.
Bayangan itu penasaran, apa
mungkin itu bagian dari nafkahnya, dengan ide cepat ia bawa pulang penghuni
berjubah sebagai… entah mau dijadikan bonus nafkah teruntuk Belahan Jiwanya,
atau mau dijadikan sesuatu yang belum dia putuskan saat itu. Karena pemandangan
itu begitu jarang ditemukan saat ia mencari nafkah, maka ia membawa pulang
penghuni berjubah, biar nanti ia rundingkan dengan Belahan Jiwanya.
Sesampainya di rumah, dengan
sangat berhati-hati bayangan itu meletakkan penghuni berjubah di atas bantal
yang empuk seempuk bulu angsa terbaik didunia karena melihat jubahnya yang
retak cukup parah. Belahan Jiwa menyambut dengan gembira Sang Bayangan dengan
bawaan nafkahnya hari itu, dan setelah menyimpan nafkah yang dibawa, Belahan
Jiwa penasaran melihat Sang Bayangan begitu tenang hari itu dan di jumpai
dengan aneh hanya duduk terdiam memandang penghuni berjubah diatas bantal yang
kedatangannya tadi tidak disadarinya.
Belahan Jiwa bertanya pada Sang
Bayangan bagaimana ia bisa menemukan penghuni berjubah. Lalu sang banyangan
menceritakan adegan pertemuannya dengan penghuni berjubah sampai bisa dia bawa
pulang. Percakapan di depan penghuni berjubah pun mulai mengalir.
Sang
Bayangan : “ honey, mau kita apakan penghuni berjubah
ini? Dia terluka.”
Belahan Jiwa : “darling, aku tidak percaya kalau kau sampai bisa berpikiran
membawanya pulang.”
Sang Bayangan : “pada awalnya ini mau ku hadiahkan padamu
sebagai bonus nafkahku hari ini, tapi kemudian aku ragu, dan ada banyak ide
lainnya, seperti menjadikannya pajangan, atau hanya sekedar cerita. Entahlah
aku tidak tahu juga, akhirnya kubawa pulang, supaya bisa diputuskan bersama.”
Panjang lebar Sang Bayangan bercerita, tanpa melihat Belahan
Jiwa.
Belahan Jiwa : “kalau begitu jadikan
pajangan saja, karena sepertinya jubahnya artistik.”
PRAAAAAAk
PRAAAAAK
Sang
Bayangan : “honey, lihat!”
Dengan nada tercekat dan tubuh membeku mereka melihat sang
penghuni berjubah menghancurkan jubahnya dengan reflek dan alami.
Belahan Jiwa : “darling, ternyata dia menetas”
Mereka tercengang melihat proses penghuni berjubah
menetas,dan melihat penghuni yang innocent,
dengan sosok yang cantik dan bulu yang biru cerah berkilau.
Penghuni
Berjubah : sambil
mengucek-ngucek matanya yang kabur dan badan menggigil “ ayah? Bunda?”
Sang Bayangan dan Belahan Jiwa saling menatap, bagaimana
mungkin penghuni berjubah memanggil mereka ayah dan bunda, padahal mereka
berbeda. Tapi karena sosok itu begitu indah, mereka tidak ingin menyakiti, dan
rasa sayangpun hadir di hati mereka.
Sang
Bayangan : “ aku King
Lion, mungil, kamu bisa memanggilku KiLo”
Belahan Jiwa : dengan mata berbinar
“ lembut, aku Leonita”
Mereka
berdua memandang lembut sang penghuni berjubah seraya mengelus-ngelus sayang
pada penghuni berjubah yang perlahan mulai kabur pandangannya dengan senyum
tipisnya yangmenghilang dan kemudian terlelap karena petualangannya yang
panjang hari itu.
Sang
Bayangan dan Belahan Jiwa mengadakan rapat mengenai penghuni berjubah, mau
diapakan dan bagaimana. Setelah berdiskusi cukup lama di ruang terpisah agar
tidak mengganggu lelapnya sang penghuni berjubah, mereka memutuskan untuk
mengadopsinya, meski mereka berbeda, tapi mereka telah lama mendambakan buah
hati, karena itulah mereka memutuskan untuk mengadopsi.
KiLo : “kita harus menamainya
dengan nama yang cantik, secantik sosoknya.”
Leonita : “iya benar sekali darling, nama yang manis”, matanya kemudian terbelalak, dengan
jantung berdegup kencang, ia ingin sekali memberikan idenya pada suaminya. “darling, bagaimana kalau ia dinamai
Rubi? Nama batu indah yang banyak diidam-idamkan orang. Pas sekali dengan warna
bulunya yang indah”
KiLo : “brilliant sekali idemu honey,
baiklah idak mengapa, tapi nama belakangnya harus nama dari jenisnya, agar dia
tidak melupakan leluhurnya, nama belakangnya ditambah, Birdie.”
Leonita : “baiklah itu juga manis,
mulai sekarang dia adalah keluarga kita.”
Keduanya
sambil menatap pintu ruangan penghuni berjubah yang lelap tertidur, kemudian menamakan
penghuni berjubah si burung dengan sosok cantik dan indah dengan nama Rubi
Birdie.
So, the stories will be start now.
0 komentar:
Posting Komentar